Baru saja dipublikasikan
Paling banyak dilihat
Formulasi Suspensi Doksisiklin Menggunakan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici: Uji Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri Image
Journal article

Formulasi Suspensi Doksisiklin Menggunakan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici: Uji Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri

Suspension is a dosage contain solid drug material with insoluble form and smooth. Doxycycline is an antibiotic which difficult dissolve in water. Stable doxycycline suspension during 2 week if it kept at space temperature, stable on the air but will change to be dark if it influence sunshine. The aim of the research to evaluate physical stability and ability antibacterial stability doxycycline suspension with PGA as suspending agent. Research category are: Independent variable : concentration of suspending agent (PGA), suspension holding time. Dependent variable: physical stability (sedimentation volume, viscosity, redispersibility, easy to pour, and particle size) and antibacterial of doxycycline suspension, and variabel control is temperature suspension making, create of suspension. Data collecting with measuring physical stability and ability antibacterial of doxycycline suspension. The result shows doxycycline suspension with suspending agent PGA had physical stability and antibacterial ability is good. Physical Stability test show formula 1 rate PGA 5% is formula had physical stability better than formula 2 with rate PGA 7,5% and formula 3 withrate PGA 10%. stability ability test antibacterial show formula 2 is the best in pursues Staphylococcus aureus.
Pola Peresepan Antibiotika pada Kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) di Klinik “X” di Kota Malang pada Bulan Mei\u002Ddesember 2008 Image
Journal article

Pola Peresepan Antibiotika pada Kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) di Klinik “X” di Kota Malang pada Bulan Mei-desember 2008

Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laryngitis, epiglotitis, tonsillitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronchus, alveoli seperti bronchitis, bronkhiolitis, pneumonia. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat gambaran pola peresepan antibiotik pada kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Klinik “X” di Kota Malang pada bulan Mei-Desember 2008. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif pada periode Mei sampai Desember 2008 di sebuah klinik “X” di Kota Malang, Jawa Timur. Semua pasien dengan semua jenis umur dan yang tercatat di dalam rekam medik di ambil sebagai sampel. Analisa dilakukan dengan metode deskriptif non analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 166 kasus infeksi saluran pernapasan akut, 69,87% diantaranya pasien wanita, sedangkan sisanya 30,12% adalah laki-laki. Antimikroba yang paling banyak digunakan adalah sefadroxil sebanyak 51,20%, dan diikuti berturut – turut antibiotika Ciprofloxacin sebanyak 22,89%, Amoxicillin sebanyak 12,05%, Cotrimoxazol sebanyak 6,02%, Thiamphenicol sebanyak 4,82%, Erythromycin sebanyak 2,4%, dan paling rendah adalah antibiotika Chloramphenicol sebanyak 0,60%. Secara umum pemilihan dan penggunaan antimikroba untuk terapi pada pasien infeksi saluran pernapasan akut di Klinik “X” di Kota Malang, propinsi Jawa Timur bulan Mei-Desember 2008 sudah sesuai dengan referensi standar pelayanan kefarmasian.
Disarankan Untuk Anda
Pengaruh Sari Seduh Teh Hitam (Camelia Sinensis) Terhadap Penghambatan Ppar Γ Sel Adiposa Jaringan Lemak Visera Rattus Norvegicus Strain Wistar Image
Journal article

Pengaruh Sari Seduh Teh Hitam (Camelia Sinensis) Terhadap Penghambatan Ppar Γ Sel Adiposa Jaringan Lemak Visera Rattus Norvegicus Strain Wistar

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh sari seduh teh hitam terhadap pengekspresian PPAR ã sel adiposa jaringan lemak visera Rattus norvegicus strain Wistar. Duabelas ekor tikus (Rattus norvegicus strain Wistar) jantan umur 6-8 minggu, berat 200 gram, diberi 4 macam perlakuan, yaitu A (diet tinggi lemak + SSTH 0 g/hari), B (diet tinggi lemak + SSTH 0,015 g/hari), C (diet tinggi lemak + SSTH 0,030 g/hari) dan D (diet tinggi lemak + SSTH 0,045 g/hari) selama 90 hari. Setelah masa perlakuan, tikus dibedah dan diambil lemak viseranya. Jaringan tersebut kemudian dibuat preparat dengan metode parafin. Jumlah sel yang mengekspresikan PPAR ã dianalisis dengan menggunakan pewarnaan immunohistokimia dan untuk mengkonfirmasi bentuk sel adiposa digunakan pewarnaan Hematoxylene&Eosin. Antibodi primer yang digunakan adalah anti PPAR gamma poliklonal antibody rabbit IgG dan antibodi sekunder biotin-goat-anti rabbit IgG. Hasil penelitian menunjukkan jumlah sel adiposa yang mengekspresikan PPAR ã mengalami penurunan seiring dengan penambahan dosis SSTH. Hal tersebut mengindikasikan SSTH dapat menurunkan pengekspresian PPAR ã pada sel adiposa jaringan lemak visera.
Journal article

Penyembuhan Luka Decubitus pada Tikus Putih

Penyembuhan Luka Decubitus pada Tikus Putih Image
Journal article

Studi Etnofarmasi Etnis Using Banyuwangi Indonesia

Studi Etnofarmasi Etnis Using Banyuwangi Indonesia Image
Journal article

Revitalisasi Penggunaan Obat Generik

Revitalisasi Penggunaan Obat Generik Image
Baca artikel lainnya