Baru saja dipublikasikan
Implementasi Baptisan Tunggal Pada Matakuliah Jurusan Teologi Iakn Tarutung Image
Journal article

Implementasi Baptisan Tunggal Pada Matakuliah Jurusan Teologi Iakn Tarutung

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan model implementasi pelaksanaan baptisan tunggal yang terdapat dalam Piagam Saling Mengakui dan Saling Menerima Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PSMSM-PGI) yang mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pada matakuliah Jurusan Teologi STAKPN Tarutung. Penyusunan model ini dibutuhkan sebagai bagian dari perwujudan perintah Yesus Kristus tentang kesatuan umat TUHAN di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus melalui baptisan tunggal dan juga dalam bingkai pewujudnyataan salah satu program dan cita-cita Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), secara khusus tentang keesaan gereja, oikumene. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif sederhana. Temuan penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara terhadap enam orang informan (penelitian populasi). Instrumen wawancara tertutup dan terbuka diperoleh dari pengembangan rumusan Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (Weinata Sairin [ed.], hlm. 64). Data penelitian dianalisa dengan cara penyajian data, reduksi data, pengambilan keputusan dan verifikasi atas instrumen wawancara tertutup.
“yang Menang” di dalam Kitab Wahyu Image
Journal article

“yang Menang” di dalam Kitab Wahyu

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk membahas pokok permasalahan tentang “Yang Menang” di dalam Kitab Wahyu (2:7, 11, 17, 26; 3:5, 12, 21; 5:5;6:2;15:17:14; 21:7). Pokok masalah tersebut lahir dari konteks penganiayaan dan pemenjaraan umat, yang menimbulkan krisis hidup yang sangat besar, sekaligus itu pula sebagai isu krusial dalam tulisan ini. Pembahasan diawali dengan mengulas pemakaian kata “yang menang” di dalam Kitab Wahyu. Pemakaiannya sangat signifikan di dalam Kitab Wahyu dibanding dengan pemakaian di dalam kitab-kitab lain di dalam Perjanjian Baru. Adapun hasil penelitian ini adalah: Pertama, ketakutan akan masa depan semakin sirna sebab Sang Kristus dikenal secara baru. Ini mengandung dimensi penghiburan bagi jemaat yang ketakutan kala itu hingga kini. Kedua, spiritualitas komunikasi Sang Kristus dan jemaat adalah spiritualitas yang membebaskan. Roh mengkomunikasikan keadaan ketujuh jemaat. Roh menyuarakan rencana ilahi atas konteks sosial dan konteks teologis. Ketiga, “yang menang” mampu menghadapi tantangan yang berat. Mengapa? Sebab kehadiran ilahi Kristus ada bersama jemaat yang menderita tersebut. Keempat, menyadari dan meyakini diri sebagai bagian dari “yang menang”, ecclesia triumphans, yaitu kemenangan Kristus, akan meringankan penderitaan akibat penganiayaan.