Tulisan ini mendalami persoalan mengenai apakah gangguan roh jahat. Khususnya peristiwa kerasukan merupakan hal yang sama dengan gangguan kejiwaan ataukah sesuatu hal yang berbeda. Untuk menjawab pertanyaan itu maka penulis mencoba menguraikan terlebih dahulu perspektif psikologis dalam memandang kerasukan. Selanjutnya juga penulis mendalami perspektif Alkitab, tradisi gereja dan pengalaman di lapangan terkait dengan peristiwa kerasukan. Unsur-unsur tersebut didialogkan satu dengan yang lain dan menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa gangguan roh jahat khususnya kerasukan roh jahat adalah sesuatu yang berbeda dengan ganguan kejiwaan meskipun mempunyai gejala yang mirip dan kadang-kadang keduanya saling berkaitan. Sehingga baik gangguan roh jahat maupun gangguan kejiwaan membutuhkan penanganan yang berbeda pula sesuai dengan kasusnya.