Baru saja dipublikasikan
Paling banyak dilihat
Kelimpahan dan Pola Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla Serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara Image
Journal article

Kelimpahan dan Pola Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla Serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu spesies kunci dalam ekosistem mangrove yang memegang peranan yang sangat penting. Hutan mangrove yang ada di Kelurahan Belawan Sicanang sudah banyak mengalami konversi lahan seperti tambak dan pemukiman. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas habitat dan penurunan populasi untuk sumberdaya kepiting bakau akibat terjadinya kerusakan daerah asuhan dan mencari makan biota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi mangrove, untuk mengetahui kelimpahan kepiting bakau (Scylla serrata), untuk mengetahui pertumbuhan kepiting bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian berlangsung pada Mei - Juni 2016. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi adalah purposive sampling dan dibagi menjadi 3 stasiun berdasarkan aktivitas yang berbeda. Struktur populasi kepiting bakau (Scylla serrata) ditinjau dari kelimpahan kepiting bakau (Scylla serrata), hubungan lebar karapas dengan bobot tubuh, pola pertumbuhan, dan faktor kondisi. Kualitas habitat kepiting bakau (Scylla serrata) dilihat dari kualitas air, tekstur substrat, C-organik, dan pasang surut. Hasil menunjukkan bahwa kelimpahan kepiting bakau (Scylla serrata) 16300 - 17000 ind/ha, dengan pola pertumbuhan allometrik negatif (b<3), faktor kondisi berkisar antara 0 - 1 yang tergolong ke dalam pipih atau tidak gemuk. Kualitas air dan substrat yang dikaji termasuk ke dalam kualitas air yang menunjang kehidupan kepiting bakau (Scylla serrata), tekstur substrat yaitu lempung berpasir dan lempung liat berpasir, serta C-organik < 1% tergolong sangat rendah, dimana tipe pasang surutnya adalah mixed prevailing semidiurnal.Mangrove crab (Scylla serrata) is one of the keystone species in the mangrove ecosystem, which had a very important role. Mangrove forests existed in Village Belawan Sicanang have been many experienced land conversion as embankment and settlements. These conditions led to degradation in habitat quality and population decline for mangrove crab due to the occurrence of the damage to the nursery ground and the feeding ground. The research aimed to determine abundance mangrove crabs and to determine the growth of mangrove crab. The research took place in May - June 2016. The method used in the determination of the location is purposive sampling and divided into 3 stations based on different activities. The mangrove crab population structure in terms of the abundance of mangrove crab, carapace width relation with body weight, growth pattern, and factor condition. The quality habitat mangrove crab viewed the water quality, the substrate texture, C-organic, and tides. The results showed that the growth pattern was negative allometric (b < 3), factor condition ranges between 0 - 1 which classified into flat or not fat. The water quality and substrate were assessed included in the water quality that supported life mangrove crab, the substrate texture was sandy loam and sandy clay loam, C-organic classified < 1% was very low, the type of tides was mixed semidiurnal prevailing.
Tangkapan dan Tingkat Kematangan Gonad Ikan Selar Kuning (Selariodes Leptolepis) di Perairan Selat Malaka Image
Journal article

Tangkapan dan Tingkat Kematangan Gonad Ikan Selar Kuning (Selariodes Leptolepis) di Perairan Selat Malaka

Biologi reproduksi meliputi distribusi frekuensi panjang, hubungan berat-panjang tubuh, rasio jenis kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks somatic gonad (IKG), diameter telur. Data primer yang digunakan adalah panjang dan berat tubuh, bobot dan gonad Ikan yang diperoleh dari 360 ekor sampel. Data sekunder dikumpulkan dari Laporan Statistik Perikanan PPS Belawan berupa jumlah produksi, dan jumlah tangkapan ikan tahun 2011-2016. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi panjang ikan berkisar antara 110 mm - 163 mm. pola pertumbuhan ikan adalah alometrik negatif dengan koefisien korelasi jantan dan betina mendekati 1 yaitu 0,812 dan 0,733. Indeks kematangan gonad untuk ikan betina adalah lebih besar dibanding ikan jantan. Tingkat kematangan gonad diperoleh dari tingkat I, II, III, dan IV.Reproductive biology including length frequency distribution, long weight relationship, sex ratio, gonadal maturity level, gonadal somatic index and egg diameters. Primary data used is lenght and body weight. Weighting obtained as many as 360 samples. Secondary data was collected from Fishing Statistical Report of PPS Belawan, which were the amount of production, and fishing effort of the year 2011-2016. The results showed the frequency distribution of fish length of 110 mm – 163 mm. Character growth negative allometric with a correlation coefficient males and females approximate to 1 whereas 0.812 and 0.733. Gonadal maturity index for females fish than large from males fish. Gonadal maturity index obtained by the I, II, III, and IV.
Disarankan Untuk Anda
Pengaruh Ketinggian Air dalam Pemeliharaan Larva Ikan Hias Botia (Chromobotia Macracanthus, Bleeker) Image
Journal article

Pengaruh Ketinggian Air dalam Pemeliharaan Larva Ikan Hias Botia (Chromobotia Macracanthus, Bleeker)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan botia (Chromobotia macracanthus, Bleeker). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan atau kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan B dengan ketinggian air 10 cm yaitu sebesar 98.88%, sedangkan kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan A dengan ketinggian air 5 cm yaitu sebesar 97.99%. Pertambahan bobot nilai tertinggi terjadi pada perlakuan A dengan ketinggian air 5 cm dengan nilai bobot rata–rata 0.02252 gr dan pertambahan bobot rata–rata terendah terjadi pada perlakuan C dengan ketinggian air 15 cm yaitu sebesar 0.01132 gr. Pertambahan panjang rata–rata tertinggi terjadi pada perlakuan A yaitu sebesar 0.42 cm dan yang terendah terjadi pada perlakuan B yaitu sebesar 0.29 cm. Parameter kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran optimal dimana suhu 24,3–28,9oC, pH 6,5–7,0, DO 6,84–7,69 ppm, NH3 0,00–0,03 ppm, NO2 0,00–0,07 ppm. Analisis statistik dengan uji F diperoleh bahwa ketinggian air yang berbeda dalam pemeliharaan larva ikan botia (C. macracanthus, Bleeker) berbeda sangat nyata (P>0.01) terhadap pertambahan bobot dengan nilai Fhitung (21.00) > Ftabel (10.92), dan berbeda sangat nyata terhadap pertambahan panjang dengan nilai Fhitung (23.56) > Ftabel (10.92), sedangkan untuk sintasan atau kelangsungan hidup tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hasil uji BNT menunjukkan, setiap perlakuan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup.The study aims to determine the effect of different water levels on the growth and survival of fish larvae Botia (Chromobotia macracanthus, Bleeker). The results showed that the survival rate was highest in treatment B with the water level was 10 cm which was equal to 98.88 %, whereas the lowest survival rate was found in treatment A with the water level was 5 cm which was equal to 97.99 %. The highest value of weight gain occurred in treatment A with average value in weight was 0.02252 g and the average weight gain was lowest in the treatment of C that reached 0.01132 g. The highest growth of length was occured in treatment A that was equal to 0.42 cm and the lowest occurred in treatment B that was 0.29 cm. Water quality parameters during the study were in the tolerance range where the optimum temperature were 24,3-28,9 oC , pH 6.5 to 7.0, DO 6.84 to 7.69 ppm, NH3 0.00 to 0.03 ppm , NO2 0.00 to 0.07 ppm . Statistical analysis by F test showed that the different water levels in the larval rearing of fish Botia (C. macracanthus, Bleeker) was significantly different ( P > 0.01) in the weight gain with the value of Fcount ( 21.00 ) > Ftable ( 10.92 ), and it was significantly different against the length with the value of F count ( 23:56 ) > F table ( 10.92), while for the survival rate showed has not significantly different between treatments. The LSD test showed that all the treatment were effected the growth rate, but not for survival rate.
Journal article

Potensi Rumput Laut: Kajian Komponen Bioaktif dan Pemanfaatannya sebagai Pangan Fungsional

Potensi Rumput Laut: Kajian Komponen Bioaktif dan Pemanfaatannya sebagai Pangan Fungsional Image
Journal article

Coral Recruitment Before and After Bleaching Event 2010 in Pulau Weh, Aceh, Indonesia

Coral Recruitment Before and After Bleaching Event 2010 in Pulau Weh, Aceh, Indonesia Image
Baca artikel lainnya