Recently Published
Most Viewed
Identifikasi Cendawan Patogen Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum L) Image
Journal article

Identifikasi Cendawan Patogen Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum L)

Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di Indonesia. Namun, budidaya tanaman tomat banyak mengalami masalah yang dapat menyebabkan produksi tanaman tomat menjadi rendah baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu masalah tersebut adalah penyakit yangdisebabkan oleh mikrob patogen yaitu cendawan patogen. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen yang menyerang tanaman tomat yaitu busuk daun, Penyakit busukbuah, batang dan layu Fusarium.Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis cendawan patogen yang terisolasi pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum L) melalui identifikasi makroskopik dan mikroskopik. Penelitian bersifat deskripsi, metode yang digunakan adalah metode tanam langsung ke media. Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi jenis cendawan patogen berdasarkan karakteristik morfologimakroskopik dan mikroskopik yang mengacu pada buku Introduction to Food-Borne Fungi. Hasil isolasi diperoleh sembilan jenis cendawan yaitu Peronospora paracitica (IBt1), Cercospora sp (IBt2), F. verticillioides (IBt3), F. cerealis (ID1), Alternaria sp (ID2), Cladosporium sp (ID3), F. oxysporum (IBh1), Phytopthora cactorum (IBh2), dan Fusarium sp (IBh3). Kesembilan cendawan tersebut merupakan patogen pada batang (Peronospora paracitica, Cescospora sp, F. verticillioides), daun (F. cerealis, Alternaria sp, Cladosporium sp), dan buah (F. oxysporum, Phytopthora cactorum, dan Fusarium sp).
Sistem Pengelolaan Dan Upaya Penanggulangan Sampah Di Kelurahan Dufa\u002D Dufa Kota Ternate Image
Journal article

Sistem Pengelolaan Dan Upaya Penanggulangan Sampah Di Kelurahan Dufa- Dufa Kota Ternate

Persoalan sampah tidak henti hentinya untuk dibahas, karena berkaitan dengan pola hidup serta budaya masyarakat itu sendiri. Kota ternate adalah salah satu kota yang mengalami pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang cukup memicu meningkaknya kegiatan jasa, industri, bisnis dan sebagainya di wilayah Ternate sehingga akan memicu meningkatnya produksi limbah buangan atau sampah. Kota Ternate mengalami permasalahan pengelolaan persampahan yakni masalah pengangkutan sampah, berdasarkan data bahwa jumlah ketersediaan prasarana pengangkutan hanya mampu mengngkut timbulan sampah sebesar 214 m³/hari, dinas kebersihan Kota Ternate, (2012) sedangkan berdasarkan hitungan bahwa timbulan sampah tahun 2012 adalah413 m³/hari didasari pada jumlah penduduk kota Ternate saat ini yakni 172.559 jiwa BPS Ternate dalam angka, (2011) bararti menyisakan 52% sampah tidak terangkut ke TPA. Meningkatnya produksi sampah tanpa sistem pengolahan yang tepat menjadi alasan tidak terciptanya lingkungan yang bersih. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis data distribusi frekuensi dengan dilakukan analisis terhadap sistem pengelolaan sampahan di Kelurahan Dufa- Dufa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengelolaan persampahan di Kota ternate belum cukup baik, beberapa faktor yang mempengaruhui sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Dufa-Dufa masih mengalami permasalahan yakni budaya sikap dan perilaku masyarakat, timbunan dan karakteristik sampah, serta sarana pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan akhir sampah.
Suggested For You
Kajian Antropogenik Terhadap Pemanfaatan Terumbu Karang Di Desa Wosi, Halmahera Selatan (Suatu Kajian Kerusakan Terumbu Karang Di Daerah Pesisir Halmahera) Image
Journal article

Kajian Antropogenik Terhadap Pemanfaatan Terumbu Karang Di Desa Wosi, Halmahera Selatan (Suatu Kajian Kerusakan Terumbu Karang Di Daerah Pesisir Halmahera)

Terumbu karang merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada di daerah pesisir Halmahera. Salah satu pemanfaatan oleh masyarakat Desa Wosi, Halmahera Selatan adalah sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan pondasi rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan aktivitas masyarakat terhadap pemanfaatan terumbu karang di Desa Wosi Kecamatan Gane Timur Kabupaten Halmahera Selatan. Instrumen pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket/kuesioner dan wawancara dengan sejumlah masyarakat. Analisis angket/kuesioner dilakukan dengan menggunakan rumus prosentase dan skala Likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa; (1) Pengetahuan masyarakat terhadap terumbu karang di Desa Wosi Kecamatan Gane Timur termasuk dalam kriteria cukup yaitu dengan nilai rata–rata 60%; (2) Aktivitas masyarakat terhadap pemanfaatan terumbu karang meliputi ; Indikator pemanfaatan terumbu karang sebagai bahan bangunan dan pondasi rumah termasuk dalam kriteria cukup (nilai rata-rata 63%), indikator jual beli terumbu karang termasuk dalam kriteria rendah (52%), dan budidaya terumbu karang termasuk dalam kriteria sangat rendah (3.23%). Sementara pada kriteria skala Likert untuk seluruh indikator pengetahuan dan aktivitas pemanfaatan terumbu karang menunjukan kriteria sangat tinggi (X > 4,531 atau 127.242 > 4.531 dan X > 3,5685 atau 97.742 > 3.5685).
Efektifitas Enzim Protease Aspergillus SP. Pada Proses Unhairing Terhadap Histologi Kulit Samak Image
Journal article

Efektifitas Enzim Protease Aspergillus SP. Pada Proses Unhairing Terhadap Histologi Kulit Samak

Unhairing atau proses buang rambut adalah tahapan proses yang dilakukan pada pra penyamakan kulit atau beam house oleh industri penyamakan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas proteolitik yang dihasilkan dari jamur Aspergillus sp. serta pengaruh penggunaan dengan konsentrasi berbeda terhadap histologi kulit tahapan unhairing (buang rambut) pada proses penyamakan kulit. Materi yang digunakan yaitu 12 lembar kulit domba awetan garam. Perlakuan terdiri dari 12 kombinasi yaitu percobaan Aspergillus sp., dengan konsentrasi protease adalah : 2% (P1), 2,5% (P2), 3% (P3), sebagai kontrol P0 adalah proses unhairing secara konvensional menggunakan bahan kimia Na2S (3%) dan kapur Ca(OH)2 6% dengan 3 ulangan. Kulit setelah proses unhairing diambil contoh uji yang diambil sebesar 0,75 x 0,5 cm dengan panjang sejajar garis punggung untuk pengujian histologi. Selanjutnya kulit diproses lebih lanjut menjadi kulit samak glazed. Data yang diperoleh berupa aktivitas enzim dan histologi kulit yang dianalisis secara deskriptif. Hasil uji aktivitas proteolitik Aspergillus sp. sebesar 542,96 μM/ml/menit. Kenaikan konsentrasi enzim membuat keja enzim semakin optimal untuk menghidrolisa protein, semakin tinggi kadar enzim yang diberikan maka semakin besar kecepatan enzim untuk menghidrolisis substratnnya. Ini menyebabkan struktur jaringan kulit menjadi lebih terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan protease dengan konsentrasi yang berbeda dapat memberikan efek yang positif terhadap histologi pada proses unhairing kulit. Konsentrasi protease 2,5% dan 3% dapat menghasilkan kulit yang bersih tanpa ada rambut yang menempel dan struktur serabut kolagen terbuka.