Recently Published
Journal article

Pengendalian Ramah Lingkungan Hama Ulat Grayak (Spodoptera Litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai

Beauveria Bassiana: Biopestisida Ramah Lingkungan dan Efektif untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman

Identification of Peanut Germplasm Tolerance to Salinity Stress

Korelasi Antar Karakter Pertumbuhan dan Hasil Sepuluh Genotipe Talas Jepang pada Tiga Agroekologi Berbeda

The Role of Leaf Characters of Peanuts on Whitefly (Bemisia Tabaci Genn.) Infestation

Journal article

Kemampuan Daya Saing Kacang Hijau di Tingkat Usahatani pada Lahan Salin (Studi Kasus di Desa Gesik Harjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban)

Journal article

Paket Teknologi Budi Daya Kedelai pada Kebun Sawit Muda di Lahan Pasang Surut

Journal article

Respons Beberapa Varietas Ubi Kayu terhadap Pemupukan NPK pada Tanah Latosol di Maluku Utara

Journal article

Kemampuan Daya Saing Kacang Hijau di Tingkat Usahatani pada Lahan Salin (Studi Kasus di Desa Gesik Harjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban)

Journal article

Paket Teknologi Budi Daya Kedelai pada Kebun Sawit Muda di Lahan Pasang Surut

Journal article

Respons Beberapa Varietas Ubi Kayu terhadap Pemupukan NPK pada Tanah Latosol di Maluku Utara

Most Viewed
Journal article

Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (Pht) pada Tanaman Kedelai

Pengendalian Hama Terpadu, memberi ruang dan hak kehidupan bagi semua komponen biota ekologi, tanpa terjadinya kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan. Sasaran pengendalian hama terpadu adalah mengurangi penggunaan pestisida dengan memadukan teknik pengendalian hayati dan pengendalian kimiawi. Pada tahun 1986 Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 yang menjadi Tonggak sejarah PHT di Indonesia, diawali dengan instruksi presiden nomor 3 tahun 1986 tentang larangan penggunaan 57 formulasi pestisida untuk tanaman padi. Perkembangan selanjutnya adalah UU No 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman yang menyatakan bahwa “ Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).Pengendalian hama pada tanaman kedelai hingga kini masih tertumpu pada penggunaan insektisida, cara pengendalian yang lain masih belum banyak di lakukan. Penggunaan insektisida secara berlebihan berdampak timbulnya resurgensi hama sasaran, dan pencemaran lingkungan pertanian, sehingga Pengendalian Hama Terpadu (PHT) perlu di lakukan Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman kedelai merupakan teknik pengelolaan keseimbangan lingkungan pertanian melalui ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Strategi PHT adalah mensinergikan semua teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit yang kompatbel didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Prinsip operasional yang digunakan dalam PHT adalah 1) Budidaya tanaman sehat, 2. Penyeimbangan komponen ekobiota lingkungan, 3) Pelestarian musuh alami, 4) Pemantauan ekosistem secara terpadu, 5) Mewujudkan petani aktif sebagai ahli PHT.
Journal article

Peluang Pengembangan Kacang Tanah di Lahan Kering Nusa Tenggara Timur

Peluang pengembangan kacang tanah di lahan kering Nusa Tenggara Timur. Potensi pertanian lahan kering di Nusa Tenggara Timur (NTT) cukup luas sekitar 1.528.308 ha dan di daerah ini cocok untuk dikembangkan kacang tanah. Tanaman kacang tanah masih dibudidayakan secara subsisten sehingga perlu diidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam upaya pengembangannya. Penelitian dilakukandi Kabupaten Sumba Timur pada musim tanam 2015 dengan cara ‘Rapid Rural Appraisal (RRA)'. Metode analisis data yaitu analisis SWOT, tabulasi dan tingkat daya saing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kesesuaian lahan untuk kacang tanah total nilai bobot (TNB=2,0)dan biomassa kacang tanah termanfaatkan untuk pakan (TNB=1,1) menjadi faktor penguat internal pengembangan kacang tanah di NTT. Sedang penguat eksternalnya adalah pasar kacang tanah sudah terbentuk (TNB = 2,3) dan permintaan kacang tanah tinggi (1,6). Meskipun ada penghambat seperti faktor benih kacang tanah bermutu rendah (TNB=1,2) dan ada ancaman seperti faktor kekeringan (TNB=1,2), tetapi pengaruhnyalebih kecil dibanding penguat dan potensi sumberdaya yang dimiliki. Strategi pengembangan yang digunakan adalah (1) pengelolaan USAhatani yang saat ini harus dilakukan lebih intensif dengan penggunaan VUB kacang tanah dan teknologi tanam, (2) peningkatan skala USAhadengan memanfaatkan lahan-lahan kosong dan peningkatan indeks pertanaman (IP). Komoditas kacang tanah dapat berkompetisi dengan jagung dan sorgum dan peningkatan daya saingnya mudah dilakukan dengan penggunaan VUB kacang tanah yang telah tersedia sesuaidengan agroekologi dan preferensi petani di NTT. Nilai ekonomi dalam pendapatan komoditas kacang tanah saat ini berkontribusi sebesar 30% terhadap pengeluaran keluarga dan berpeluang dapat ditingkatkan.
Suggested For You
Journal article

Respons Varietas Kedelai Unggul terhadap Cucumber Mosaic Virus Strain Soybean (CMV-S)

Cucumber mosaic virus strain Soybean (CMV-S) merupakan salah satu jenis virus terbawa benih yang menyebabkan penurunan produksi kedelai dan dominan menginfeksi kedelai di Jawa. Penggunaan varietas kedelai unggul tahan merupakan cara terbaik mengendalikan infeksi virus. Namun, varietas kedelai unggul hasil pemuliaan yang ada saat ini umumnya untuk peningkatan produksi dan belum memprioritaskan ketahanan terhadap penyakit virus, sehingga diperlukan pengujian respons ketahanan varietas terhadap CMV-S. Varietas unggul yang diuji ketahanannya dalam percobaan di rumah kaca yaitu Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang, Cikuray, Detam 1, Detam 2, Grobogan, Sinabung, dan Wilis. Respons ketahanan terhadap CMV-S diukur berdasarkan parameter penyakit (periode inkubasi, tipe gejala, indeks keparahan penyakit, titer virus) dan parameter pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah bunga, indeks sensitivitas cekaman). Data percobaan dianalisis secara deskriptif untuk parameter penyakit dan pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode inkubasi, ekspresi gejala, keparahan dan titer virus CMV-S bervariasi antarvarietas. Infeksi CMV-S dapat menghambat pertumbuhan tanaman pada semua varietas dan jumlah bunga yang lebih sedikit pada varietas Argomulyo, Anjasmoro, Grobogan, Sinabung, dan Wilis. Varietas Grobogan dikategorikan rentan, varietas Argomulyo, Anjasmoro, Cikuray, Sinabung, dan Wilis termasuk toleran, dan varietas Burangrang, Detam 1, dan Detam 2 termasuk tahan terhadap infeksi CMV-S. Indeks sensitivitas cekaman dari varietas kedelai yang diuji beragam, yang menunjukkan perbedaan genetik antarvarietas dalam merespons infeksi CMV-S. Tiga varietas unggul tahan (Burangrang, Detam 1, dan Detam 2) dapat digunakan sebagai tetua pada perakitan varietas tahan terhadap CMV-S.
Journal article

Rantai Pasok Benih Sumber Varietas Unggul Baru Kedelai

Journal article

Pembentukan Varietas Unggul Kacang Tunggak

Journal article

Teknologi Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Diversifikasi Pangan dan Pengembangan Agroindustri

Journal article

Rantai Pasok Benih Sumber Varietas Unggul Baru Kedelai

Journal article

Pembentukan Varietas Unggul Kacang Tunggak

Journal article

Teknologi Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Diversifikasi Pangan dan Pengembangan Agroindustri

Read more articles