Recently Published
Studi Awal Sumber Deposisi Basah di Serpong, Jakarta, dan Kotatabang Menggunakan Model PMF Image
Studi Awal Sumber Deposisi Basah di Serpong, Jakarta, dan Kotatabang Menggunakan Model PMF Image

Studi Awal Sumber Deposisi Basah di Serpong, Jakarta, dan Kotatabang Menggunakan Model PMF

Keanekaragaman Jenis Kupu\u002Dkupu di Taman Kota Semarang Image
Keanekaragaman Jenis Kupu\u002Dkupu di Taman Kota Semarang Image

Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Taman Kota Semarang

Suatu Tinjauan Pemanfaatan Kayu Hutan Tanaman untuk Glulam Image
Suatu Tinjauan Pemanfaatan Kayu Hutan Tanaman untuk Glulam Image

Suatu Tinjauan Pemanfaatan Kayu Hutan Tanaman untuk Glulam

Karakteristik Papan Partikel Campuran Serbuk Gergajian Kayu Sengon dan Kulit Buah Kopi dengan Perekat Dekstrin Tepung Onggok Image
Karakteristik Papan Partikel Campuran Serbuk Gergajian Kayu Sengon dan Kulit Buah Kopi dengan Perekat Dekstrin Tepung Onggok Image

Karakteristik Papan Partikel Campuran Serbuk Gergajian Kayu Sengon dan Kulit Buah Kopi dengan Perekat Dekstrin Tepung Onggok

Analisis Kesesuaian Lahan dalam Pemilihan Jenis Tumbuhan pada Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara Image
Journal article

Analisis Kesesuaian Lahan dalam Pemilihan Jenis Tumbuhan pada Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara

Karakteristik Logam\u002Dlogam dalam Partikel Tak Terlarut Debu Jatuh di Serpong Image
Journal article

Karakteristik Logam-logam dalam Partikel Tak Terlarut Debu Jatuh di Serpong

Keragaman Jamur Ektomikoriza di Kawasan Hutan Penelitian Haurbentes, Jawa Barat Image
Journal article

Keragaman Jamur Ektomikoriza di Kawasan Hutan Penelitian Haurbentes, Jawa Barat

Analisis Kesesuaian Lahan dalam Pemilihan Jenis Tumbuhan pada Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara Image
Analisis Kesesuaian Lahan dalam Pemilihan Jenis Tumbuhan pada Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara Image
Journal article

Analisis Kesesuaian Lahan dalam Pemilihan Jenis Tumbuhan pada Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara

Karakteristik Logam\u002Dlogam dalam Partikel Tak Terlarut Debu Jatuh di Serpong Image
Karakteristik Logam\u002Dlogam dalam Partikel Tak Terlarut Debu Jatuh di Serpong Image
Journal article

Karakteristik Logam-logam dalam Partikel Tak Terlarut Debu Jatuh di Serpong

Keragaman Jamur Ektomikoriza di Kawasan Hutan Penelitian Haurbentes, Jawa Barat Image
Keragaman Jamur Ektomikoriza di Kawasan Hutan Penelitian Haurbentes, Jawa Barat Image
Journal article

Keragaman Jamur Ektomikoriza di Kawasan Hutan Penelitian Haurbentes, Jawa Barat

Most Viewed
Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian Sumberdaya Hutan Image
Journal article

Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian Sumberdaya Hutan

Sumberdaya hutan (SDH) menghasilkan manfaat yang menyeluruh baik manfaat tangible maupun manfaat intangible. Saat ini berbagai manfaat yang dihasilkan tersebut masih dinilai rendah, atau belum diketahui, sehingga menimbulkan terjadinya eksploitasi manfaat-manfaat yang telah dikenal dari SDH secara berlebihan. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak pihak yang belum memahami konsep nilai dari berbagai manfaat SDH secara komperehensif, khususnya untuk manfaat intangible yang tidak memiliki harga pasar. Untuk memahami manfaat dari SDH tersebut perlu dilakukan penilaian terhadap semua manfaat yang dihasilkan SDH ini. Berbagai teknik dan metode penilaian ekonomi sumberdaya alam (SDA) telah dikembangkan untuk menghitung nilai ekonomi SDA yang memiliki harga pasar ataupun tidak. Dengan diketahuinya manfaat dari SDH ini maka hal tersebut dapat dijadikan rekomendasi bagi para pengambil kebijakan untuk mengalokasikan sumberdaya alam (SDA) yang semakin langka dan melakukan distribusi manfaat SDA yang adil, untuk mendapatkan total kesejahteraan masyarakat yang maksimal. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan konsep nilai ekonomi total dan berbagai metode yang digunakan untuk menilai manfaat SDH dan lingkungan.
Kajian Dampak Perubahan Fungsi Kawasan Hutan terhadap Masyarakat Sekitar Image
Journal article

Kajian Dampak Perubahan Fungsi Kawasan Hutan terhadap Masyarakat Sekitar

Perubahan fungsi kawasan hutan merupakan kegiatan merubah fungsi suatu kawasan hutan menjadi fungsi lainnya. Realisasi Perubahan fungsi kawasan hutan produksi menjadi kawasan hutan konservasi atau hutan lindung dilakukan untuk menghentikan kegiatan eksploitasi pemanfaatan hasil hutan kayu dalam upaya menjaga kelestarian keaneka ragaman hayati, perlindungan plasma nutfah dan mempertahankan aset lainnya yang ada di kawasan hutan produksi. Landasan yuridis dalam pelaksanaan kegiatan Perubahan fungsi kawasan hutan mengacu pada pasal 19 ayat (1) UU Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan yaitu” Perubahan Peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah didasarkan pada hasil penelitian terpadu. Mekanisme yang mengatur Perubahan fungsi kawasan hutan didasarkan atas Keputusan Menteri Kehutanan No 70/KPTS-II/2000. Pelaksanaan Perubahan fungsi kawasan hutan ditujukan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan fungsi hutan secara lestari dan berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian orientasi Perubahan fungsi kawasan hutan lebih pada aspek pemanfaatan hutan. Berdasarkan data Badan Planologi Departemen Kehutanan perkembangan Perubahan fungsi kawasan hutan produksi menjadi kawasan hutan lainnya secara keseluruhan sampai dengan Januari 2007 seluas 884.860,36 hektar yang tersebar di seluruh Indonesia. Kegiatan ini mengkaji dampak Perubahan fungsi kawasan Hutan Produksi (HP) dan Hutan Lindung (HL) menjadi kawasan hutan dengan fungsi konservasi yaitu sebagai Taman Nasional (TN). Penelitian dilakukan pada 3 propinsi untuk Sumatera Utara dengan lokasi di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), untuk Jambi di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) dan untuk Kalimantan Tengah di Taman Nasional Sebangau (TNS). Metode penelitian dilakukan secara diskriptif kualitatif ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan hukum. Hasil kajian menunjukkan bahwa kawasan hutan produksi yang mengalami Perubahan merupakan kawasan HPH yang sudah tidak aktif atau ijinnya sudah dicabut. Sehingga dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat sekitar hutan produksi tidak berpengaruh secara langsung karena sebagian masyarakat sekitar kawasan yang bekerja pada Perusahaan kayu bukan merupakan sumber mata pencaharian tetap. Berbeda dengan masyarakat yang bermukim sekitar kawasan hutan lindung dampak secara hukumnya terlihat setelah dilakukan tata batas, karena sebagian besar petani mempunyai lahan garapan di sekitar dan di dalam kawasan hutan lindung baik sebagai pemilik lahan maupun sebagai penggarap dengan rata-rata luas garapan 0,25 ha. Pada masing-masing lokasi dampak sosial ekonomi masyarakat berbeda-beda seperti di TNBG hanya ± 10 % dari 20 responden masyarakat yang merasakan dampak dari Perubahan fungsi kawasan yaitu masyarakat tidak bisa berburu terutama di kawasan lindung, di TNBD masyarakat tidak bisa membalok dan di TNS masyarakat tidak bisa berkebun. Sedangkan dampak terhadap lingkungan adanya penebangan liar, perambahan hutan dan penambangan liar.
Kajian Hutan Kemasyarakatan sebagai Sumber Pendapatan : Kasus di Kab. Gunung Kidul Image
Journal article

Kajian Hutan Kemasyarakatan sebagai Sumber Pendapatan : Kasus di Kab. Gunung Kidul

Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lindung Image
Journal article

Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lindung

Analisis Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Keberadaan Kawasan Kphp Model Poigar Image
Journal article

Analisis Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Keberadaan Kawasan Kphp Model Poigar

Kajian Hutan Kemasyarakatan sebagai Sumber Pendapatan : Kasus di Kab. Gunung Kidul Image
Kajian Hutan Kemasyarakatan sebagai Sumber Pendapatan : Kasus di Kab. Gunung Kidul Image
Journal article

Kajian Hutan Kemasyarakatan sebagai Sumber Pendapatan : Kasus di Kab. Gunung Kidul

Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lindung Image
Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lindung Image
Journal article

Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lindung

Analisis Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Keberadaan Kawasan Kphp Model Poigar Image
Analisis Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Keberadaan Kawasan Kphp Model Poigar Image
Journal article

Analisis Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Keberadaan Kawasan Kphp Model Poigar

Suggested For You
Konflik Agraria dan Pelepasan Tanah Ulayat (Studi Kasus pada Masyarakat Suku Melayu di Kesatuan Pemangkuan Hutan Dharmasraya, Sumatera Barat) Image
Journal article

Konflik Agraria dan Pelepasan Tanah Ulayat (Studi Kasus pada Masyarakat Suku Melayu di Kesatuan Pemangkuan Hutan Dharmasraya, Sumatera Barat)

Konflik pengelolaan hutan di Indonesia semakin meningkat jumlahnya. Konflik pengelolaan hutan seringkali disebabkan karena adanya pluralisme hukum antara pemerintah dan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan konflik lahan yang terjadi antara masyarakat adat Suku Melayu dengan pemerintah dan proses terjadinya pelepasan tanah ulayat Suku Melayu di Kesatuan Pemangku Hutan Produksi (KPHP) Model Dharmasraya. Desain penelitiannya adalah deskriptif kualitatif dengan lokasi penelitian di KPHP yang berada di Nagari Bonjol, Kecamatan Koto Besar, Kabupaten Dharmasraya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Konflik agraria yang terjadi di KPHP antara masyarakat adat dengan pemerintah dikarenakan adanya legal pluralism dalam pengakuan hutan, dan 2) Proses pelepasan tanah ulayat terjadi melalui transaksi jual beli yang dikendalikan oleh Datuak penguasa ulayat. Bukti kegiatan jual beli adalah dikeluarkannya “alas hak” sebagai bukti bahwa tanah ulayat telah dijual. Maraknya kegiatan jual beli tanah ulayat disebabkan harga tanah ulayat yang rendah dan tingginya minat masyarakat berkebun di tanah ulayat Suku Melayu. Diperlukan strategi yang tepat untuk mempertahankan fungsi kawasan hutan di wilayah KPHP tanpa mengabaikan keberadaan masyarakat lokal yang menggantungkan hidupnya dari hutan.
Read more articles