Recently Published
Diagnosis Schistosomiasis dengan Metode Dot Blot Image
Journal article

Diagnosis Schistosomiasis dengan Metode Dot Blot

Diagnosis Schistosomiasis dengan Metode Dot Blot Image
Diagnosis Schistosomiasis dengan Metode Dot Blot Image
Journal article

Diagnosis Schistosomiasis dengan Metode Dot Blot

Most Viewed
Pemeriksaan Laboratorium pada Penderita Demam Berdarah Dengue Image
Journal article

Pemeriksaan Laboratorium pada Penderita Demam Berdarah Dengue

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Keberhasilan terapi sangat bergantung pada diagnosis yang cepat, pengobatan segera, serta penanganan yang memadai. Gejala klinis infeksi dengue sangat mirip dengan beberapa penyakit demam lainnya, sehingga diagnosis laboratoris yang cepat dan dapat dipercaya sangat dibutuhkan.Diagnosis penderita demam berdarah dilakukan dengan cara anamnesis penderita, baik secara autoanamnesis atau alio anamnesis. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan dipertegas dengan pemeriksaan laboratorium.
Pengaruh Proses Pemasakan terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein Image
Journal article

Pengaruh Proses Pemasakan terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein

Telah dilakukan penelitian pengaruh proses pemasakan terhadap komposisi zat gizi beberapa bahan pangan sumber protein baik hewani maupun nabati. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat apakah proses pemasakan yaitu perebusan dan penggorengan mempengaruhi kandungan zat gizi bahan pangan tersebut. Bahan pangan yang akan dijadikan sampel adalah daging ayam segar, ikan kembung segar, tempe dan tahu.yang dibeli dari pasar tradisional di Kota Bogor. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Dari ke-4 macam bahan pangan yang dicoba, dibagi menjadi 3 bentuk perlakuan yaitu bentuk segar, direbus dan digoreng sehingga jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 12 sampel. Metode yang digunakan adalah: analisis kadar air menggunakan metode oven (Thermogravimetri), kadar abu menggunakan metode tanur, kadar protein dengan metode Kjeldahl dan kadar lemak dengan metode Soxhlet. Hasil analisis memperlihatkan bahwa proses pemasakan bahan pangan dengan menggunakan panas menyebabkan penurunan kadar zat gizi bahan pangan tersebut dibandingkan bahan mentahnya. Tinggi atau rendahnya penurunan kandungan gizi suatu bahan pangan akibat pemasakan tergantung dari jenis bahan pangan, suhu yang digunakan dan lamanya proses pemasakan. Proses menggoreng menyebabkan penurunan kandungan gizi yang sangat signifikan karena penggorengan menggunakan suhu yang tinggi sehingga zat gizi seperti protein mengalami kerusakan. Sedangkan proses perebusan menyebabkan berkurangnya kandungan zat gizi karena banyak zat gizi terlarut dalam air rebusan. Walaupun demikian hal terpenting dalam pengolahan bahan pangan agar bahan pangan bernilai gizi tinggi dan aman dikonsumsi.Kata Kunci : bahan pangan, pengolahan, pemasakan, komposisi gizi AbstractHas conducted research on the effect of the cooking process nutrient composition few food sources of protein, both animal and vegetable. The aim of this study was to see whether the cooking process is boiling and frying influence the nutrient content of foodstuffs. Foodstuffs to be sampled are fresh chicken meat, fresh mackerel, Tempe and Tofu were purchased from traditional markets in Bogor. Analysis is conducted analysis of water content, ash content, protein content and fat content. Of the four kinds offoodstuffs were tested, divided into three forms of treatment that is the form of fresh, boiled and fried so that the number of samples analyzed a total of 12 samples. The method used is: analysis of water content using the oven method (Thermogravimetri), ash content using the furnace method, protein content by Kjeldahl method and the fat content by Soxhlet method. The analysis showed the cooking process of food causes a decrease in the levels of nutrients in food than the raw material. High or low nutrient levels decrease due to cooking depending on the type of food, the temperature and the longer the cooking process. Frying process causes a decrease in nutrient content were highly significant because the frying uses high temperatures so that nutrients such as protein damage. While the boiling process leads to reduced nutrient content because many nutrients dissolved in boiling water. However the most important thing in food processing so that food of high nutritional value and safe for consumption.Keywords : food, processing, cooking, nutritional composition
Suggested For You
Distribusi Spasial Kasus Demam Berdarah Dengue (Dbd), Analisis Indeks Jarak dan Alternatif Pengendalian Vektor di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur Image
Journal article

Distribusi Spasial Kasus Demam Berdarah Dengue (Dbd), Analisis Indeks Jarak dan Alternatif Pengendalian Vektor di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur

Dengue hemorrhagic fever (DHF) happens to be a public health problem in Samarinda city, East Kalimantan Province. Dengue was reported endemic in the entire six subdistricts of the city. Various vector control programs have been conducted by the Health Office, yet the dengue cases were still occurred on the previous years. Comprehensive research was conducted to determine the spatial distribution of DHF cases using geographical information system (GIS) mapping, in relation to positive larvae of the breeding habitat distributions. The study was carried out in five endemic areas namely Pelita village Samarinda Utara Subdistrict, Sambutan village Samarinda Ilir Subdistrict, Sidodadi village Samarinda Ulu Subdistrict, Harapan Baru village Samarinda Seberang Subdistrict and Karang Asam Ilir village Sungai Kunjang Subdistrict. The aim of the study was to determine the specific vector control strategies based on spatial DHF cases and breeding habitat distributions and distance index analyses, larvae free index and insecticide susceptible status of dengue vector of Ae. aegypti against the insecticides which were used for vector control programs. The study revealed that average ABJ in the study areas was 35.85-64.16% and lower the national standar of 95%. Dengue vector of Ae. aegypti was found to be resistant to Malathion, Permethrin, Lambdasihalothrin and Bendiocarb insecticides. Thus an alternative insecticide should be considered. Dengue cases distribution in Samarinda city were found in clusters/gregorious. Distance index analyses indicated that the transmissions were due to mosquito behaviour. Community empowement is needed to encourage the potential groups (PKK, Dasa Wisma, public health caders, posyandu), to participate on the vector control program. Keywords: DHF, Spatial distribution, Cases Distance Index, Samarinda City. Abstrak Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur dan dilaporkan endemis di enam wilayah kecamatan. Berbagai cara pengendalian telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota, tetapi kasus DBD masih ditemukan sepanjang tahun. Penelitian komprehensif telah dilakukan untuk menentukan distribusi spasial kasus DBD dengan pemetaan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG), berkaitan dengan habitat positif jentik. Penelitian dilakukan dilima (5) wilayah kalurahan endemis yaitu: Desa Pelita Kecamatan Samarinda Utara, Desa Sambutan Kecamatan Samarinda Ilir, Desa Sidodadi Kecamatan Samarinda Ulu, Desa Harapan Baru Kecamatan Samarinda Seberang dan Desa Karang Asam Ilir Kecamatan Sungai Kunjang. Tujuan penelitian adalah menentukan strategi pengendalian vektor spesifik berdasarkan distribusi spasial/ pemetaan kasus DBD dengan sistem informasi geografi (SIG), Index jarak (distance index) kasus DBD, angka bebas jentik (ABJ) serta status kerentanan nyamuk vektor Ae. aegypti terhadap insektisida. Hasil survei jentik ditemukan bahwa rata-rata ABJ di daerah penelitian jauh lebih rendah daripada standar nasional 95,0%. Uji susceptibility vektor DBD Ae. aegypti telah resisten terhadap insektisida Malathion, Permethrin, Lambdasihalothrin dan Bendiocarb, sehingga diperlukan insektisida alternatif. Distribusi kasus DBD Kota Samarinda ditemukan mengelompok distance index rata-rata 75 meter sebagai indikasi penularan lebih disebabkan perilaku nyamuk vektor. Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan sebagai usaha memberikan motivasi kepada kelompok masyarakat potensial seperti PKK, Dasa Wisma, kader kesehatan dan posyandu, untuk berpartisipasi dalam program pengendalian vektor DBD. Kata kunci: DBD, Distribusi spasial, Jarak indeks kasus, Kota Samarinda
Read more articles