Recently Published
Most Viewed
Journal article

Perspektif Dan Peran Sosiologi Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Sosiologi Ekonomi merupakan perspektif sosiologis yang menjelaskan fenomena ekonomi, terutama terkait dengan aspek produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang, jasa, dan sumber daya, yang bermuara pada bagaimana masyarakat mencapai kesejahteraan. Sosiologi Ekonomi menunjukkan perkembangan yang eksplosif sejalan dengan berbagai permasalah sosial ekonomi masyarakat, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang yang sedang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui berbagai kebijakan pembangunan. Perkembangan studi Sosiologi Ekonomi tidak terlepas dari pengaruh pemikiran tokoh sosiologi klasik dan aliran pemikiran baru dalam sosiologi ekonomi sejak dekade 1980-an. Hasil kajian eksploratif yang pada tulisan ini melalui penelusuran atas perkembangan studi Sosiologi Ekonomi di Indonesia, menunjukkan bahwa sebagian besar studi diarahkan kepada bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan dan mencapai kemakmuran atau kesejahteraan yang erat kaitannya dengan masalah kemiskinan. Saat ini studi Sosiologi Ekonomi lebih marak menganalisis tentang kapital sosial, serta masalah struktur, kelembagaan dan sistem ekonomi nasional dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat. Sistem ekonomi nasional yang dimaksud adalah yang sejalan amanat konsititusi kita. Pada sisi lain, dampak pembangunan nasional terutama sejak masa orde baru juga banyak diteliti mengingat kebijakan pembangunan dinilai belum mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat, bahkan terkesan belum berhasil menciptakan inklusifitas dalam pembangunan nasional, berlandaskan pembangunan model negara kesejahteraan (MNK) dengan indikator utama berupa “pemerataan” pembangunan
Journal article

Dampak Penggunaan Alat Mesin Panen terhadap Kelembagaan Usaha Tani Padi

Mechanization is a solution for agricultural workforce scarcity, especially in rice farming. This paper aims to study performances and impacts of harvesting and threshing machines on labor institution of rice farming. This research employed survey data of National Farmer's Panel study conducted by ICASEPS in 2010 and 2015 in wetland agro-ecosystems in Sidrap, Karawang, and Subang Regencies. Data were analyzed descriptively. Mechanization technologies were more efficient in terms of number and time of labor use compared to that of traditional. Negative impact of the machines was share croppers elimination because the land owner tended to cultivate their own farm land. Some labor lose their job opportunity, some got less income from local income share system. Farmers were unprepared to manage agricultural machinery. It is necessary to provide alternative employment for the affected workers. Agricultural mechanization needs to deal with existing traditional labor institutions to having mutual benefit.
Suggested For You
Journal article

Penguatan Modal Sosial Untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering (Studi Kasus Di Desa-desa (Hulu DAS) Ex Proyek Bangun Desa, Kabupaten Gunungkidul Dan Ex Proyek Pertanian Lahan Kering, Kabupaten Boyolali)

EnglishThe objective of this study is to formulate the enhancement model of social capital in social empowerment to improve the upland agro-ecosystem (UAE) management in rural areas. The hypothesis in this study is that the empowerment of the rural society will not succeed if it is not founded upon the enhancement of local social capital. The important and strategic elements of social capital are value system, Human resources or human competence, social management, social organization, social structure, leadership, and good governance. The study was carried out through direct field observations in the following rural areas: (1) ex-Upland Agriculture Conservation Project (UACP/P2LKT) in upstream of Jratunseluna WA, and (2) ex-Bangun Desa Project (BDP) in upstream of Bengawan Solo WA. Some important findings are: First, in the villages where the UAE damage is relatively high, the larger part of the population has the difficulty to satisfy their basic needs. Second, in the improvement of UAE management, both UACP and BDP did not succeed in the enhancement of local social capital. After the two projects terminated, almost all of the introduced innovations, at the same time, tended to cease. The village with greater social capital, such as Kedungpoh (ex-BDP), has a better capacity to alleviate UAE damage. Third, inequity of the strength of social capital among the hamlets within a village can be used as an indicator of the weakness of the rural society in the management of UAE, and also the weakness of civil society and rural governance. Fourth, the damage of the value system elements of the rural society is the determining factor for social backwardness and the decline of the quality of UAE management. Efforts to improve the UAE management in the future should be developed not only parallel with the empowerment of local rural society, but also integrated with the transformation of socio-cultural and rural economy. The effective empowerment model in the management of UAE should be founded upon the enhancement of local social capital. Enhancement of progressive values represents the core of enhancement of social capital, and it will be more effective if supported by better quality of local leadership, social management, and social organization at the hamlet level. IndonesianTujuan penelitian adalah merumuskan model penguatan modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat untuk perbaikan pengelolaan agroekosistem lahan kering (ALK) di pedesaan. Hipotesa penelitian adalah bahwa pemberdayaan masyarakat pedesaan tidak akan berhasil jika tidak dilandaskan pada penguatan modal sosial setempat. Elemen modal sosial yang dinilai penting adalah tata nilai, kompetensi SDM, manajemen sosial, keroganisasian masyarakat, struktur sosial, kepemimpinan, dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Melalui analisis perbandingan dan pengamatan langsung terhadap desa-desa ex Proyek Pertanian Lahan Kering (P2LK) di Hulu DAS Jratunseluna, dan ex Proyek Bangun Desa (PBD) di Hulu DAS Bengawan Solo, diperoleh beberapa temuan: pertama, pada desa yang kerusakan ALK parah, sebagian besar penduduknya mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Kedua, dalam memperbaiki pengelolaan ALK, kedua proyek belum memperhatikan tentang pentingnya penguatan modal sosial setempat. Setelah proyek berakhir, hampir semua kegiatan perbaikan pengelolaan ALK ikut berakhir. Desa yang memiliki modal sosial relatif baik cenderung memiliki kemampuan lebih baik dalam mengatasi kerusakan ALK. Ketiga, ketimpangan kekuatan modal sosial antardukuh bisa dijadikan petunjuk kemungkinan terjadinya gejala ketidakberdayaan masyarakat dalam pengelolaan ALK, dan sekaligus menjadi petunjuk tentang lemahnya kelembagaan masyarakat madani dan penyelenggaraan pemerintahan pedesaan setempat. Keempat, kerusakan tata nilai masyarakat pedesaan merupakan faktor penting penyebab terjadinya ketidak-berdayaan masyarakat dan kemerosotan pengelolaan ALK setempat. Upaya perbaikan pengelolaan ALK tidak saja perlu disejajarkan dengan pemberdayaan masyarakat, namun juga perlu diintegrasikan dengan transformasi sosio-budaya dan perekonomian pedesaan. Model pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam pengelolaan ALK yang dinilai efektif adalah yang dilandaskan pada penguatan modal sosial setempat. Penguatan tata nilai kemajuan merupakan inti dari penguatan modal sosial, dan akan efektif jika dimulai dari penguatan kepemimpinan masyarakat setempat, manajemen sosial, dan keorganisaian masyarakat tingkat dukuh.
Read more articles