Meski negara Indonesia dipandang masyarakat international sebagai bangsa yang memiliki pertumbuhan stabil, namun upaya peningkatan kesejahteraan kaum perempuan miskin tetap tidak maksimal. Informasi terbaru tentang kondisi kesehatan ibu melahirkan dan angka hidup Balitanya seakan menjadi “lampu kuning” perhatian pemerintah terhadap kaum perempuan miskin. Angkanya tidak tanggung‐tangung, yaitu diperkirakan kematian ibu berjumlah 9.500 saat melahirkan dan 157.000 bayi dan 200.000 anak Balita meninggla dunia setiap tahunnya, sehingga diperkirakan lebih tinggi dari para negara tatangga. Bahkan di wilayah‐wilayah sulit dan daerah tertinggal seperti Papua, AKI (angka kematian ibu) mencapai 362 per 100.000 kelahiran hidup. Ini angka yang luar bisa dimana telah mencapai angka psikologis nasional sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara angka kematian bayinya mencapai 41 per 1.000 kelahiran hidup, dimana ini pun melampaui angka nasional yang sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. (Kompas, Senin, 12 Nopember 2012). Negara seperti menjadi “ladang pembantaian” bagi kelompok perempuan miskin khususnya.
Situasi tersebut sangat memprihatinkan di tengah‐tengah ekonomi Indonesia yang terus meningkat. Namun realitas jumlah perempuan yang berada dalam Kubang “kemiskinan” terus meroket. Ketimpangan kualitas hidup dan kesejahteraan perempuan dan laki‐laki masih terus berlanjut. Dari data indek pembangunan gender (IPG 2010) menyebutkan angka melek huruf laki‐laki 95,65 sementara perempuan 90,52. Demikian juga Index Pembangunan Gender (Gender‐related Development Index/GDI) Indonesia 0,664 termasuk dalam peringkat yang rendah, yaitu peringkat ke‐94 dari 177 negara dari Negara di Asean. Demikian juga sebuah laporan Global Gender Gap, 2011 dari aspek upah kerja laki‐laki US $5.915 lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan $2.487.