Recently Published
Most Viewed
Kajian Kebijakan Pertanian dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Penduduk di NTT Image
Report

Kajian Kebijakan Pertanian dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Penduduk di NTT

Bagaimana pengaruh kebijakan strategis pemerintah Provinsi NTT terhadap pemenuhan kebutuhan dasar masyarakatnya? Salah satu langkah strategis yang dilaksanakan pemerintah adalah revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan dalam rangka pengurangan kemiskinan dan penggangguran, peningkatan daya saing ekonomi nasional, menjaga kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan, dengan sasaran utama mewujudkan pertanian tangguh untuk memantapkan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di NTT, karena memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB NTT atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 39,6%, yang terdiri dari kontribusi subsektor tanaman pangan 19,87%, tanaman perkebunan 4,51%, peternakan 11,26%, kehutanan 0,26% dan perikanan 3,73%. Selain itu sebagian besar penduduk NTT masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pada tahun 2009 terdapat sebanyak 1.675.273 (73,54 %) dari 2.278.031 orang yang bekerja (BPS; 2009). Selain itu sektor pertanian berperanan penting sebagai penyedia pangan bagi masyarakat, penyedia bahan baku bagi industri, merupakan penghasil komoditas ekspor. Kajian hasil penelitian ini akan menunjukan bagaimana pengaruh kebijakan strategis pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat NTT.
Pemetaan Pangan Lokal di Pulau Sabu\u002DRaijua, Rote\u002DNdao, Lembata, dan Daratan Timor Barat (Kabupaten Kupang dan TTS) Image
Book

Pemetaan Pangan Lokal di Pulau Sabu-Raijua, Rote-Ndao, Lembata, dan Daratan Timor Barat (Kabupaten Kupang dan TTS)

Pemetaan Pangan Lokal di Pulau Sabu-Raijua, Pulau Rote-Ndao, Pulau Lembata dan daratan Pulau Timor bagian barat (Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan), ini didasari oleh dua hal. Pertama, adalah hasil baselining dan profiling Pikul di tahun 2009 yang menemukan para inovator sosial yang mengembangkan bahan pangan lain, yaitu sorghum. Di antaranya adalah Ibu Siti Rofiah dari Lembata, dan Ibu Maria Loreta di Adonara. Kemudian pada perjalanannya, Pikul kembali mengetahui adanya komunitas-komunitas masyarakat yang hanya mengkonsumsi makanan-makanan tertentu, seperti satu komunitas di Kedang, Lembata, yang kemudian kami ketahui tepatnya di Desa Hoeleaq, kaum perempuannya hanya diperbolehkan mengkonsumsi jelai (jali). Alasan ini kemudian memunculkan suatu asumsi, bahwa masih ada komunitas masyarakat ataupun masyarakat secara personal mengembangkan bahan pangan lain tersebut. Kedua, Pikul percaya, strategi utama untuk melampaui masalah rawan pangan adalah mengembangkan sumber pangan lokal. Salah satu langkah awal yang penting adalah memetakan lokasi tanaman pangan lokal masih ditanam, dikonsumsi dan dikembangkan. Penelitian ini bersandar pada wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner dan pengamatan cepat terhadap tumbuhan/tanaman yang dilakukan di 5 wilayah sebagaimana disebutkan di atas. Tantangan terbesar dari penelitian ini berkaitan dengan faktor cuaca, sehingga beberapa kali terjadi Perubahan jadwal kegiatan akibat ketiadaan transportasi. Selain itu tim peneliti juga harus berkejar-kejaran dengan waktu yang sangat singkat untuk melakukan pengamatan tanaman atau tumbuhan. Namun, berkat dukungan yang besar dari para responden dan kerja keras serta kesolidan tim peneliti, penelitian ini berhasil diselesaikan tepat waktu. Penulisan laporan dilakukan dua tahap, pertama adalah laporan lapangan yang ditulis oleh masing-masing koordinator wilayah. Kedua, ha tersebut dianalisis dan ditulis kembali oleh Bapak I Wayan Mudita, untuk Bab I- IV dan Bab VI-VII, sedangkan Bab V ditulis kembali oleh Wahyu Adiningtyas. Salah satu temuan dalam penelitian ini adalah pentingnya keragaman pangan pokok untuk mengatasi permasalahan rawan pangan. Untuk itu kebijakan pemerintah haruslah mendukung penanaman aneka ragam pangan, dan tidak berfokus pada satu tanaman tertentu. Di dalam laporan ini, Bapak Wayan Mudita juga menegaskan pentingnya pengembangan ketahanan pangan berbasis masyarakat untuk mendorong pembudidayaan jenis-jenis tanaman pangan pokok selain padi ladang dan jagung. Perkumpulan Pikul dan seluruh tim peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada Dini Widiastuti dari Oxfam yang telah memberikan dukungan penuh pada pemetaan pangan lokal ini. Serta penghargaan yang tinggi kepada Bapak I Wayan Mudita yang telah mendedikasikan waktunya untuk mengerjakan penelitian ini sejak awal hingga penulisan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah terlibat dari awal hingga akhir dalam proses pemetaan pangan lokal ini. Banyak komentar dan saran yang memperkaya laporan ini dari berbagai pihak. Kami sangat berharap hasil penelitian ini menjadi gambaran awal mengenai kondisi pangan lokal di Nusa Tenggara Timur, terutama di lokasi-lokasi sampel. Kami juga mengharapkan penelitian ini dapat memperkuat basis pengetahuan praksis menuju kedaulatan pangan.
Suggested For You
Amankah Bahan Makanan Kita? Image
Working paper

Amankah Bahan Makanan Kita?

Di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kota dan Kabupaten Kupang, disinyalir masih banyak yang menggunakan pestisida golongan POPs, termasuk endosulfan dengan merk dagang Akodhan, untuk membasmi hama bahkan menangkap ikan. “Kembali ke makanan organik!”, tentunya menjadi kalimat yang sering kita dengar sejak 10 tahun belakangan ini. Tidak saja para pemerhati kesehatan, tetapi kalangan artis hingga pejabat negara beramai-ramai berburu makanan organik. Semakin banyaknya orang mencari makanan organik menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang sadar akan adanya racun di dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari, baik makanan yang berasal dari darat maupun laut. Racun tersebut berasal dari pestisida yang disemprotkan oleh para petani untuk menghalau berbagai hama. Meski pestisida sudah digunakan bertahun-tahun, namun banyak petani yang belum mengetahui atau bahkan menutup mata terhadap bahaya yang muncul dari penggunaannya. Padahal pestisida tidak hanya berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumi produk pertanian saja, tetapi juga petani saat menggunakan. Salah satu jenis dari pestisida yang dibatasi penggunaannya di Indonesia adalah insektisida golongan klor organik (Persistance Organic Pollutans/POPs), yang salah satu jenisnya adalah endosulfan. Pemerintah Indonesia salah satu negara yang mengatur penggunaan endosulfan secara terbatas (restricted) dan melarang penggunaannya diperairan. Kenyataannya, banyak nelayan ataupun petambak yang justru menggunakannya untuk kepentingan produksi mereka. Produk endosulfan di Indonesia diperdagangkan dengan nama dagang: Thiodan 35 EC, Dekasulfan 350 EC, Akodhan 350 EC, dan Indodan 350 EC. Meski sudah ada aturan yang melarang, namun baik produsen, distributor (para penjual) maupun konsumen (pengguna endosulfan) belum banyak yang patuh pada aturan ini. Produsen demi keuntungan ekonomi terus memproduksi racun jenis ini, sementara distributor sampai penjual eceran terus menerus menjualnya karena jenis ini laku dipasaran. Para konsumen baik nelayan, petambak atau petani terus menggunakannya karena kepraktisan dan efektifitas endosulfan untuk membunuh hama, dibeberapa tempat malahan digunakan untuk menangkap ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan pestisida, potensi terpapar pada manusia dan produk-produk pertanian serta dampaknya bagi kesehatan sebagai akibat dari penggunaan oleh petani.
Bertahan di Tengah Anomali Iklim: Upaya Pemenuhan Pangan pada Petani Lahan Kering dan Nelayan Artisanal di Kupang Menghadapi Perubahan Iklim Image
Report

Bertahan di Tengah Anomali Iklim: Upaya Pemenuhan Pangan pada Petani Lahan Kering dan Nelayan Artisanal di Kupang Menghadapi Perubahan Iklim

SEKTOR pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di NTT, karena memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB NTT atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 39,6%, yang terdiri dari kontribusi subsektor tanaman pangan 19,87%, tanaman perkebunan 4,51%, peternakan 11,26%, kehutanan 0,26% dan perikanan 3,73%. Selain itu sebagian besar penduduk NTT masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pada tahun 2009 terdapat sebanyak 1.675.273 (73,54 %) dari 2.278.031 orang yang bekerja (BPS; 2009). Selain itu sektor pertanian berperanan penting sebagai penyedia pangan bagi masyarakat, penyedia bahan baku bagi industri, merupakan penghasil komoditas ekspor. Mandat utama sektor pertanian sebagai penyedia pangan bagi seluruh anggota masyarakat pada masa mendatang terasa semakin berat karena laju permintaan terhadap hasil-hasil pertanian terus meningkat sejalan dengan laju pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan serta makin banyak kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu perlu rakitan strategi yang sesuai sehingga pertanian bisa tetap berperan dalam menyediakan berbagai kebutuhan dasar bagi penduduk secara berkelanjutan. Pola konsumsi pangan pokok di NTT telah bergeser ke beras. Oleh karena itu perlu upaya diversifikasi konsumsi berbasis pangan lokal. Perlu ada gerakan bersama untuk cinta dan bangga konsumsi pangan lokal. Upaya ini harus dikemas dalam suatu sistem yang terpadu dan terkoordinasi mulai dari sistem pengadaan benih, pengusahaan, pengolahan, pemasaran dan konsumsi pangan lokal. Untuk memberi perlindungan kepada lahan pertanian pangan dari kegiatan konversi lahan maupun komptetisi penggunaan, maka Pemerintah Daerah dapat menetapkan kawasan potensial pertanian lahan kering dan lahan basah menjadi kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Selain itu perlu upaya membantu petani gurem untuk memperoleh akses lahan usaha dengan cara redistribusi lahan tidur dan terlantar bagi petani gurem dengan system yang saling menguntungkan. Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah) merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Melalui Anggur Merah diharapkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran pembangunan yang besar yang berpihak pembangunan pertanian sehingga dapat terjadi peningkatan produksi pertanian, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani.