Penggunaan model SWAT dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data debit serta menentukan daerah yang meberikan limpasan permukaan paling besar di Sub DAS Wakung. Berdasarkan data debit nantinya dapat dihitung nilai koefisien regim aliran untuk menentukan kondisi hidrologi di Sub Das Wakung. Perhitungan nilai KRA untuk data debit hasil model (KRA=9,49) menggambarkan kondisi hidrologi yang baik di Sub DAS Wakung, sedangkan untk nilai KRA dari data debit observasi (KRA=26,21) menggambatkan kondisi hidrolgoi yang buruk di Sub DAS Wakung. Perbedaan nilai KRA yang cukup signifikan dikarenakan adanya anomaly pada data debit observasi. Sedangkan untuk sub DAS yang menyumbang limpasan permukaan paling besar berasal dari Sub DAS nomor 10, 13, 14, 19, 21, 29, dan 32. Tingginya limpasan permukaan di ke-tujuh sub DAS dikarenakan tanahnya yang didominsai tektur liat.