Anak yang hidup dalam kemiskinan tidak memiliki kesempatan yang sama dengan anak lainnya akan pendidikan. Karena umumnya mereka menanggung kewajiban untuk mencari nafkah atau membantu orang tua mereka dalam mencari nafkah. Provinsi Lampung memiliki tenaga kerja anak terbesar kedua di sumatera setelah provinsi Sumatera Utara. Pada juli 2012 terdapat 63,49 persen anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi 30 persen terbawah menjadi pekerja anak (Basis data terpadu TNP2K). Pemberian insentif pendidikan berupa penekanan biaya pendidikan belum efektif dalam menekan jumlah tenaga kerja anak. Masih tingginya nilai ekonomi anak bagi keluarga menyebabkan pengurangan jumlah tenaga kerja anak menjadi perkara yang tidak mudah. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengukur sejauh mana pengaruh nilai ekonomi anak terhadap maraknya tenaga kerja anak. Selain itu dalam tulisan ini juga ditujukan untuk melihat apakah gender turut andil dalam tenaga kerja anak. Dari permodelan regresi logistik diperoleh hasil bahwa peluang anak usia sepuluh hingga 17 tahun untuk menjadi pekerja anak pada keluarga miskin adalah sebesar 0,802 kali lebih tinggi dari pada mereka yang berasal dari keluarga tidak miskin. Nyatanya jenis kelamin seorang anak sangat mempengaruhui peluangnya untuk menjadi pekerja anak. Pada anak laki-laki peluang nya untuk menjadi pekerja anak adalah 3,26 kali lebih besar dari pada anak wanita,. Beban ekonomi yang ditanggung oleh anak lakilaki lebih tinggi dari pada anak perempuan. Tunutan untuk membantu keluarga dalam menopang perekonomian keluarga nampaknya begitu besar bagi anak laki-laki.