Recently Published
Obi 2012 Indeks Keterbukaan Anggaran Image
Obi 2012 Indeks Keterbukaan Anggaran Image

Obi 2012 Indeks Keterbukaan Anggaran

OBI 2012 Open Budget Index Image
OBI 2012 Open Budget Index Image

OBI 2012 Open Budget Index

Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah Efisien dan Demokratis Image
Policy analysis

Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah Efisien dan Demokratis

MEASURING COMMITMENT: an Analysis of National Budget and Planning Policies on Land and Forest Governance in Indonesia Image
Policy analysis

MEASURING COMMITMENT: an Analysis of National Budget and Planning Policies on Land and Forest Governance in Indonesia

Policy Recommendations on Revision of Regional Fiscal Balance Funding Image
Book

Policy Recommendations on Revision of Regional Fiscal Balance Funding

Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah Efisien dan Demokratis Image
Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah Efisien dan Demokratis Image
Policy analysis

Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah Efisien dan Demokratis

MEASURING COMMITMENT: an Analysis of National Budget and Planning Policies on Land and Forest Governance in Indonesia Image
MEASURING COMMITMENT: an Analysis of National Budget and Planning Policies on Land and Forest Governance in Indonesia Image
Policy analysis

MEASURING COMMITMENT: an Analysis of National Budget and Planning Policies on Land and Forest Governance in Indonesia

Policy Recommendations on Revision of Regional Fiscal Balance Funding Image
Policy Recommendations on Revision of Regional Fiscal Balance Funding Image
Book

Policy Recommendations on Revision of Regional Fiscal Balance Funding

Most Viewed
MENGUKUR KOMITMEN: Analisis Kebijakan Perencanaan dan Anggaran Nasional terhadap Pengelolaan Hutan dan Lahan di Indonesia Image
Policy analysis

MENGUKUR KOMITMEN: Analisis Kebijakan Perencanaan dan Anggaran Nasional terhadap Pengelolaan Hutan dan Lahan di Indonesia

Anggaran Adalah Sebuah instrumen Strategis melakukan penilaiyan terhadap kualiatas dari suwatu komitmen kebijakan, baik di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. kebijakan anggaran juga meliputi seluruh sektor urusan dan fungsi. Kegitan industri berbasis hutan dan lahan memiliki kontribusi rata-rata sebesasr 27 persen terhadap penerimaan Negara selama empat tahun terakhir (2009-2012) melalui skema penerimaan Negara bukan Pajak (PNPB). Hal ini menunjukan adanya aktifitas ekspoitasi lahat dan hutan dengan intensitas cukup tinggi sehingga berpotensi terhadap timbulnya resiko kerusakan ekologi, kerugian ekonomi dan kesenjagan sosial. Selain itu komitmen kebijakan pemerintah pusat yang di tuangankan dalam dokumen rencana pembangunan pemerintah akan di telaah secara mendalam yaituh terkait indikator kinerjanya yang kemudian di bandingkan denga data realisasinya sebagai mana terdapat dalam angka-angka statistik. Program SETAPAK, yang di danai United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU), bertujuan untuk meningkatakan tatakelola hutan dan lahan di Indonesia, Program SETAPAK mendukung upaya LSM-LSM di Indonesia yang dapat berperan dalam tata kelola hutan dan lahan, Termasuk dalam memperdebatkan kebijakan pemerintah agar lebih efektif dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Atas tersusunya laporan ini kami mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepda UKCCU atas dukungannya terhadap program SETAPAK dan study ini hususnya. teklupa kepada para peneliti di nasional dan daerah atas kerja kerasnya untuk mendapatkan data dan menganalisisnya, semoga studi ini bermanfaat untuk perbaikan pengelolaan hutan dan lahan yang lebih baik.
Kupas Tuntas Hubungan Keuangan Pusat Daerah Image
Book

Kupas Tuntas Hubungan Keuangan Pusat Daerah

Tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat daerah dengan mendekatkan pelayanan publik di daerah. Perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan konsekuensi dari desentralisasi penyerahan urusan pusat dan daerah. Prinsip money follow function yang bermakna pendanaan harus mengikuti pembagian urusan dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat Pemerintahan. Pasca satu dasawarsa diberlakukan, paket UU otonomi daerah telah mengalami dua kali revisi. Namun masih menjadi pertanyaan besar, apakah kebijakan perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkini, sudah dilakukan secara proporsional, adil, demokratis dan sesuai dengan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah?. Dalam kerangka revisi UU perimbangan keuangan Seknas FITRA melakukan riset yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan revisi UU tersebut. Hasil riset menemukan, jenis dana perimbangan semakin banyak berkembang, di luar yang diatur dalam UU perimbangan dan berpotensi merusak sistem dana perimbangan. Dari hanya 3 jenis dana perimbangan dalam komponen dana penyesuaian pada tahun 2009, berkembang menjadi 7 jenis pada tahun 2011. Salah satu kasus yang masih hangat adalah dana penyesuaian infrasturktur, yang sarat dengan kepentingan politik dan membuka ruang praktek mafia anggaran. Bahkan terdapat 10 bidang yang sama pada dana penyesuaian juga dialokasikan pada DAK. Skema dana perimbangan saat ini, justru memberikan insentif terhadap inefisiensi terhadap belanja pegawai dan terjadinya pemekaran daerah. Pada APBD 2011 misalnya, terdapat separuh lebih daerah (297 Kab/Kota) yang memiliki belanja pegawai di atas 50%. DAU yang sejatinya diberikan keluasaan bagi daerah mengalokasikan sesuai kebutuhan daerah, habis terserap untuk pegawai. Hal ini disebabkan formula DAU yang menjadikan belanja pegawai sebagai Alokasi Dana Dasar, termasuk menanggung belanja pegawai daerah hasil pemekaran. Pada sisi lain, besaran alokasi DAU yang seharusnya diterima daerah, selalu kurang dari yang dimandatkan UU, karena semakin banyaknya faktor pengurang dalam menentukan DAU. Tercatat, Rp.52,2 trilyun selisih DAU pada tahun 2011 seharusnya diterima oleh daerah. Dari hasil riset FITRA, beberapa perbaikan yang perlu dilakukan dalam UU ini diantaranya; Dana Perimbangan harus sejalan dengan urusan yang didesentralisasikan. Formula dana perimbangan juga harus transparan, akuntabel dan sederhana. Seluruh data yang dipergunakan dalam formula dana perimbangan harus dapat diakses public, disimulasikan dan mudah dipahami. Harus juga disediakan mekanisme komplain apabila dana perimbangan yang dikucurkan tidak sesuai diterima. Dana perimbangan juga harus mendorong terjadinya efisiensi dan efektifitas alokasi anggaran untuk pelayanan public yang optimal.
Naskah Rekomendasi Kebijakan Revisi Perimbangan Keuangan Image
Naskah Rekomendasi Kebijakan Revisi Perimbangan Keuangan Image
Book

Naskah Rekomendasi Kebijakan Revisi Perimbangan Keuangan

Budget Advocacy for Islamic Organizations Image
Budget Advocacy for Islamic Organizations Image
Book

Budget Advocacy for Islamic Organizations

Suggested For You
Laporan Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah 2011: Temuan\u002Dtemuan Hasil Studi Pengelolaan Anggaran di 20 Kabupaten/Kota Partisipan Program KINERJA Image
Report

Laporan Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah 2011: Temuan-temuan Hasil Studi Pengelolaan Anggaran di 20 Kabupaten/Kota Partisipan Program KINERJA

Anggaran pemerintah (baik APBN maupun APBD) merupakan instrumen penting bagi pemerintah untuk menetapkan prioritas program pembangunan di tingkat nasional maupun daerah. Bahkan bisa dikatakan bahwa anggaran pemerintah adalah refleksi keputusan politik antara eksekutif dan legislatif. Keputusan politik ini tentunya akan berdampak sangat luas terhadap taraf hidup masyarakat terkait dengan seberapa besar alokasi anggaran pembangunan bisa memberikan manfaat bagi upaya penyediaan layanan dasar yang lebih baik bagi warganya khususnya kelompok miskin dan perempuan. Oleh karenanya, anggaran merupakan salah satu alat ukur untuk menilai keberpihakan pemerintah terhadap warganya. Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah (KiPAD) merupakan instrumen penelitian yang digagas, dikembangkan dan dilaksanakan oleh kelompok sipil untuk memantau dan mengevaluasi proses pengelolaan anggaran di daerah. Instrumen monitoring ini telah diimplementasikan sejak tahun 2009 oleh Seknas FITRA dengan dukungan dari the Asia Foundation. Pada tahun 2009 hingga 2010, monitoring dilakukan di 42 kabupaten/kota di Indonesia dengan melibatkan 28 jaringan kelompok sipil yang terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi massa (Ormas) maupun lembaga penelitian dari perguruan tinggi. Laporan penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana praktik-praktik pengelolaan anggaran daerah dijalankan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan kesetaraan gender. Secara khusus, studi ini dimaksudkan untuk memberi umpan Balik kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerja dalam proses perencanaan dan penganggaran. Melalui studi ini pemerintah daerah bisa melihat bagaimana tahapan-tahapan pada proses penganggaran di daerahnya sudah sesuai dengan aturan-aturan yang digariskan, juga mendapatkan inspirasi atas prakarsa-prakarsa inovatif yang dilakukan oleh daerah lain. Bagi pemerintah pusat, studi ini ini juga diharapkan dapat dipakai untuk melakukan evaluasi kebijakan nasional dalam proses pengelolaan anggaran daerah yang lebih baik. Hasil studi ini juga dipakai sebagai rujukan bagi kerja-kerja advokasi jaringan kelompok sipil dalam berbagai program advokasi anggaran yang berpihak kepada kelompok miskin (pro poor) di beberapa daerah yang menjadi lokasi studi.
Report

Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah 2009: Study di 41 Kabupaten/Kota di Indonesia

Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah 2009: Study di 41 Kabupaten/Kota di Indonesia Image
Policy brief

Budgetary Reform in Indonesia

Budgetary Reform in Indonesia Image
Report

Catatan Akhir Tahun 2011 : Tahun Pembajakan Anggaran oleh Elit, Mengabaikan Kesejahteraan Rakyat

Catatan Akhir Tahun 2011 : Tahun Pembajakan Anggaran oleh Elit, Mengabaikan Kesejahteraan Rakyat Image
Book

Behind the Glitz of the 2010 Budget

Behind the Glitz of the 2010 Budget Image
Read more articles