Recently Published
Most Viewed
Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam Mendukung Pelaksanaan Good Governance di Indonesia Image
Journal article

Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam Mendukung Pelaksanaan Good Governance di Indonesia

Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan otonomi daerah dalam kaitannya dengan implementasi good governance di Indonesia. Pelaksanaan pemerintahan daerah yang melibatkan partisipasi masyarakat luas memungkinkan terciptanya pemerintahan daerah yang demokratis dalam rangka menuju pada pemerintahan yang baik (good governance). Dalam teori dan praktek pemerintahan modern diajarkan bahwa untuk menciptakan the good governance perlu dilakukan desentralisasi pemerintahan. Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat dilihat bahwa terdapat beberapa elemen penting dari otonomi daerah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya pencapaian kepemerintahan yang baik (good governance), diantaranya adalah: 1. Otonomi berhubungan erat dengan demokratisasi (khususnya grass roots democracy), 2. Dalam otonomi terkandung makna self-initiative untuk mengambil keputusan dan memperbaiki nasib sendiri, 3. Karena dalam konsep otonomi terkandung kebebasan dan kemandirian masyarakat daerah untuk mengambil keputusan dan berprakarsa, berarti pengawasan atau kontrol dari pemerintah pusat tidak boleh dilakukan secara langsung yang dapat mengurangi kebebasan masyarakat daerah, atau menjadikan beban bagi daerah, 4. Daerah otonom harus memiliki power (termasuk dalam sumber-sumber keuangan) untuk menjalankan fungsi-fungsinya, memberikan pelayanan publik serta sebagai institusi yang mempunyai pengaruh agar ditaati warganya, 5. Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intern, akan tetapi juga faktor ekstern.
Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini di Kelurahan Pangli Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Image
Journal article

Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini di Kelurahan Pangli Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara

The young age of marriage is the marriage performed by a woman aged 16 years while for men was 19 years (according to the Act No. 1 Year 1974). According to the guidelines of BKKBN, the ideal marriage is a marriage performed by a man - men with at least 25 years of age and women at least 20 years of age. Approximately 25% of the population married early age. In pangli, North of Toraja regency in 2007 there were 28.21% who did early marriage. The research objective was to analyze factors related to early marriage in pangli, North of Toraja. This research was conducted in pangli, Sesean, North of Toraja Regency. This research was a descriptive cross sectional design styudy. From a population of 263 with simple random sampling method obtained 68 samples. Analysis was performed by an analysis of univariate and bivariate (biva-riate descriptive using cross tabulation and bivariate analytic by using chi square test and T-independent), the research instruments used were questionnaires. The results from all respondents who did early marriage (82.4%), low knowledge scores (41.2%) lower education (83.8%), low income (89.7%), family members numbered more than five people (73.5%), pregnant teenagers (73.5%). Hail statistical test showed no relationship between knowledge (p-value = 0.041), education (p-value = 0.000), income (p-value = 0.024), number of family members (p-value = 0.042), adolescent pregnancy (p- value = 0.006) against early marriage. Couples advised to fertile age in order to im-plement family planning programs, especially in limiting the number of births (stoping).Key Words: Early Marriage
Suggested For You
Hubungan Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia di Dua Lokasi Berbeda Image
Journal article

Hubungan Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia di Dua Lokasi Berbeda

Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh status gizi dan penyakit. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perbedaan karakteristik subjek, status gizi, status kesehatan dan kualitas hidup serta mengkaji hubungan status gizi dan kesehatan dengan kualitas hidup lansia di Desa Ciherang Bogor dan Desa Jambu Bengkulu Tengah, dengan pertimbangan perbedaan etnis dan kebiasaan makan. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan 74 subjek di masing-masing desa. Pengumpulan data karakteristik subjek, status kesehatan, status gizi dan kualitas hidup menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji mann whitney dan korelasi spearman. Terdapat perbedaan signifikan karakteristik subjek dalam hal status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan status tinggal (p<0,05). Status gizi dan kualitas hidup yang baik pada subjek di Desa Ciherang lebih banyak dibandingkan di Desa Jambu. Terdapat perbedaan signifikan status gizi lansia (p<0,05) dan tidak terdapat perbedaan signifikan status kesehatan lansia (p>0,05). Terdapat hubungan positif pada status gizi dengan kualitas hidup domain kesehatan fisik dan lingkungan, terdapat hubungan positif pada status kesehatan dengan kualitas hidup domain kesehatan fisik dan hubungan sosial (p<0,05). Status gizi berhubungan dengan kualitas hidup domain kesehatan fisik dan lingkungan, sedangkan status kesehatan berhubungan dengan kualitas hidup domain kesehatan fisik dan hubungan sosial.
Analisa Kenerja Dermaga Pelabuhan Rakyat Paotere Sulawesi Selatan Image
Journal article

Analisa Kenerja Dermaga Pelabuhan Rakyat Paotere Sulawesi Selatan

Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien Dm Tipe 2 Image
Journal article

Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien Dm Tipe 2

Analisa Kenerja Dermaga Pelabuhan Rakyat Paotere Sulawesi Selatan Image
Analisa Kenerja Dermaga Pelabuhan Rakyat Paotere Sulawesi Selatan Image
Journal article

Analisa Kenerja Dermaga Pelabuhan Rakyat Paotere Sulawesi Selatan

Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien Dm Tipe 2 Image
Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien Dm Tipe 2 Image
Journal article

Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien Dm Tipe 2

Read more articles